Jakarta, Menghadapi tantangan kemacetan lalu lintas yang kerap meresahkan warga, Pemerintah Kota Jakarta mengambil langkah revolusioner dengan menerapkan teknologi kecerdasan buatan (AI) pada sejumlah lampu lalu lintas di seluruh kota. Langkah ini diambil untuk memberikan solusi inovatif dalam meredakan kemacetan, meningkatkan efisiensi lalu lintas, dan menciptakan pengalaman berkendara yang lebih lancar.

Menurut Kepala Seksi Lalin Jalan Suku Dinas Perhubungan Jakarta Selatan, Prisno Jogiara, Intelligent Transport System (ITS) Traffic Light berbasis AI yang diimplementasikan dapat melakukan lebih dari sekadar mengatur durasi lampu merah, kuning, dan hijau. Sistem ini memiliki kemampuan untuk secara otomatis menghitung jumlah kendaraan di persimpangan jalan dan mengadaptasi isyarat lampu lalu lintas sesuai dengan situasi aktual. Dengan kata lain, teknologi AI ini mengambil langkah lebih cerdas dalam mengelola arus lalu lintas.

“Penerapan teknologi ini membuat sistem bekerja otomatis, tanpa perlu campur tangan manual oleh petugas di persimpangan. Ini adalah langkah revolusioner dalam mengatur lalu lintas di kota,” ungkap Prisno Jogiara.

Teknologi AI ini bukan sekadar ide, tetapi telah diwujudkan dalam bentuk nyata di sejumlah persimpangan jalan di berbagai wilayah Jakarta. Saat ini, ada 20 titik simpang jalan yang sudah dilengkapi dengan lampu lalu lintas berbasis AI. Dan menariknya, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memiliki rencana ambisius untuk meningkatkan jumlahnya menjadi 40 titik persimpangan tahun ini. Sebuah langkah terobosan yang diharapkan akan membawa dampak positif secara signifikan terhadap lalu lintas kota.

Teknologi canggih ini bukan hanya tentang mengatur waktu lampu merah dengan lebih efisien, melainkan juga tentang mendapatkan hasil yang lebih baik dalam mengurai kemacetan. Heru Budi Hartono, Penjabat Gubernur DKI Jakarta, menjelaskan bahwa teknologi ini dapat mengurangi kemacetan hingga 20 persen. “Keunggulan teknologi ini terletak pada kemampuannya untuk memantau tingkat kepadatan lalu lintas secara real-time dan mengubah isyarat lampu sesuai dengan kondisi yang ada,” kata Heru.

Cara kerja teknologi AI ini pun tak kalah menarik. Sistem mengumpulkan data tentang kepadatan lalu lintas dan dengan cepat menghitung perubahan yang dibutuhkan pada durasi lampu lalu lintas. Jika lalu lintas padat, lampu merah akan lebih cepat beralih ke warna hijau, memberikan lebih banyak waktu bagi arus kendaraan untuk bergerak. Sebaliknya, jika lalu lintas sepi, lampu merah akan tetap menyala lebih lama untuk memberi kesempatan pada lalu lintas lain.

Tidak hanya mengandalkan kemampuan dalam negeri, penerapan teknologi AI ini juga membuktikan kolaborasi dengan perusahaan teknologi global. Google Inc. menjadi pemasok teknologi ini, dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menjalin kerjasama yang berhasil dalam proyek bertajuk “Green Light”. Dalam proyek ini, Jakarta menjadi kota pertama di Asia Tenggara yang menerapkan teknologi AI pada lampu lalu lintasnya.

Sebagai kesimpulan, langkah inovatif Pemerintah Kota Jakarta untuk menerapkan teknologi AI pada lampu lalu lintas bukan hanya sekadar solusi untuk kemacetan, tetapi juga merupakan perwujudan dari visi menuju kota yang lebih cerdas dan berkelanjutan dalam pengelolaan lalu lintas. Dengan adanya teknologi ini, Jakarta berharap dapat memberikan contoh inspiratif bagi kota-kota lain dalam menghadapi masalah kemacetan yang serupa.